Mesin Politik Berjalan Asal Ada Fullus,Calon Bupati Koprot
KAJEN,-Pilihan kepala daerah kabupaten Pekalongan tinggal hitungan hari saja,masa kampanye akan segera dimulai,paling tidak calon bupati dan wakil bupati yang akan berlaga akan merogoh kocek dalam-dalam.
Diperkirakan dana yang dikeluarkan oleh calon agar bisa memenangi pilkada ini paling tidak sekitar Rp 20 milyar.Angka tersebut sungguh luar biasa bagi kalangan rakyat kecil.
Dalam hitungan kasar saja,menurut kata pengamat politik,pembuatan baliho dan alat peraga kampanye bisa menghabiskan dana hingga Rp 2 milyar,ditambah lagi dengan kumpulan dan rapat-rapat yang ujung-ujungnya semua fullus alias duit.
Tumpukan proposal dari organisasi muapun kelompok lain yang jumlahnya ratusan bisa membuat calon bupati dan wakil bupati bisa menjadi pening dan stress.
Kalaupun tidak bisa direalisasi,biasanya membuat gerakan anti ini dan anti itu yang kesemuanya bermuara kepada uang yang harus ditanggung oleh calon.
Uang saku yang diberikan kepada saksi pada saat hari pencoblosan akan menjadi tanggungan wajib,paling tidak ratusan juta melayang pada saat hari H.
Pengamat Politik juga menyebutkan,calon-calon yang keluyuran ke bawah akan mengeluarkan dana yang lebih besar karena rakyat diera sekarang ini hanya akan mendukung bila calon yang digadang dan dipuja-puja itu member sesuatu untuk perut.
“Memasuki masa kampanye adalah masa paling suram dalam segi keuangan,semakin besar masa yang akan dihadirkan maka semakin besar pula kocek yang akan dikeluarkan oleh calon.Lihat saja bagi pemilih atau pendukung yang membawa motor,pasti minta uang bensin dan uang makan.Ditambah lagi dengan minta kaos dan uba rampe yang lain.Sungguh akan melarat bagi calon yang menang maupun yang kalah,”paparnya.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh beberapa pengamat politik,dalam pilkada lain dengan pemilihan calon legislative,soal pilkada semua biaya akan dibebankan kepada calon yang ada,apalagi kalau oknum-oknum partai mata duitan,maka yang terjadi calon bupati atau wakil bupati akan cepat melarat alias koprot.
“Kunci dari kemenangan adalah kebersamaan dalam bergotong royong membangun dalam satu visi dan misi bagaimana calon yang diusung itu bisa menang.Orang hanya bisa berbicara ini dan itu namun tidak pernah member jalan.Pendukung yang baik dan fanatikj rela mengeluarkan uangnya secara pribadi,bukan mencari kesempatan untuk “membusungkan”perutnya sendiri,”katanya.
Kabupaten Pekalongan ada 4 calon bupati yang akan berlaga pada tanggal 1 Mei mendatang,hiruk pikuk kampanye dan aksi dukung mendukung calon adalah hal yang lumrah.
Relawan Singo Banteng mengharapkan agar para tim sukses dari masing-masing calon bisa berbuat baik dan memberi pencerahan politik kepada pendukungnya.
“Tidak perlu bermain kampanye hitam atau menjelek-jelekkan calon,semua adalah saudara dan anak bangsa.Perbedaan pandangan adalah hal biasa dalam dunia demokrasi,namun persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga agar Pekalongan tetap tentram dan dinamis,”tandas Upik Ekawati ,Pengurus Singo Banteng.(gusno)
Diperkirakan dana yang dikeluarkan oleh calon agar bisa memenangi pilkada ini paling tidak sekitar Rp 20 milyar.Angka tersebut sungguh luar biasa bagi kalangan rakyat kecil.
Dalam hitungan kasar saja,menurut kata pengamat politik,pembuatan baliho dan alat peraga kampanye bisa menghabiskan dana hingga Rp 2 milyar,ditambah lagi dengan kumpulan dan rapat-rapat yang ujung-ujungnya semua fullus alias duit.
Tumpukan proposal dari organisasi muapun kelompok lain yang jumlahnya ratusan bisa membuat calon bupati dan wakil bupati bisa menjadi pening dan stress.
Kalaupun tidak bisa direalisasi,biasanya membuat gerakan anti ini dan anti itu yang kesemuanya bermuara kepada uang yang harus ditanggung oleh calon.
Uang saku yang diberikan kepada saksi pada saat hari pencoblosan akan menjadi tanggungan wajib,paling tidak ratusan juta melayang pada saat hari H.
Pengamat Politik juga menyebutkan,calon-calon yang keluyuran ke bawah akan mengeluarkan dana yang lebih besar karena rakyat diera sekarang ini hanya akan mendukung bila calon yang digadang dan dipuja-puja itu member sesuatu untuk perut.
“Memasuki masa kampanye adalah masa paling suram dalam segi keuangan,semakin besar masa yang akan dihadirkan maka semakin besar pula kocek yang akan dikeluarkan oleh calon.Lihat saja bagi pemilih atau pendukung yang membawa motor,pasti minta uang bensin dan uang makan.Ditambah lagi dengan minta kaos dan uba rampe yang lain.Sungguh akan melarat bagi calon yang menang maupun yang kalah,”paparnya.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh beberapa pengamat politik,dalam pilkada lain dengan pemilihan calon legislative,soal pilkada semua biaya akan dibebankan kepada calon yang ada,apalagi kalau oknum-oknum partai mata duitan,maka yang terjadi calon bupati atau wakil bupati akan cepat melarat alias koprot.
“Kunci dari kemenangan adalah kebersamaan dalam bergotong royong membangun dalam satu visi dan misi bagaimana calon yang diusung itu bisa menang.Orang hanya bisa berbicara ini dan itu namun tidak pernah member jalan.Pendukung yang baik dan fanatikj rela mengeluarkan uangnya secara pribadi,bukan mencari kesempatan untuk “membusungkan”perutnya sendiri,”katanya.
Kabupaten Pekalongan ada 4 calon bupati yang akan berlaga pada tanggal 1 Mei mendatang,hiruk pikuk kampanye dan aksi dukung mendukung calon adalah hal yang lumrah.
Relawan Singo Banteng mengharapkan agar para tim sukses dari masing-masing calon bisa berbuat baik dan memberi pencerahan politik kepada pendukungnya.
“Tidak perlu bermain kampanye hitam atau menjelek-jelekkan calon,semua adalah saudara dan anak bangsa.Perbedaan pandangan adalah hal biasa dalam dunia demokrasi,namun persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga agar Pekalongan tetap tentram dan dinamis,”tandas Upik Ekawati ,Pengurus Singo Banteng.(gusno)